Selintas Memahami
Konsep Kemiskinan.
Konsep “pemberdayaan” (empowerment)
telah mengubah konseppembangunan dan sekaligus strategi bagaimana mengentaskan
kemiskinan khususnya di pedesaan. Perubahan ini sering disebutorang sebagai
perubahan paradigma atau serangkaian perubahanmulai dari tataran konsep, teori,
nilai-nilai, metodologi sampai ke tataran pelaksanaannya.
Perubahan ini telah mempengaruhi
isi Laporan Indeks Pembangunan Manusia (Human Index Development) yang setiap
tahun dikeluarkanoleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP). Organisasi ini
menyatakan “pembangunan seharusnya dianyam oleh rakyat bukansebaliknya menjadi
penonton pembangunan dan seharusnya pulapembangunan memperkuat rakyat bukan
justru membuat rakyat semakin lemah”
Pemberdayaan menjadi konsep kunci
untuk menanggapi kegagalanpelaksanaan pembangunan selama ini. Sejak dicanangkan
konseppembangunan pada akhir masa perang dunia kedua, ternyatapembangunan
membuat orang semakin miskin atau jumlah orang miskinsemakin banyak, gagasan
modernisasi pun rontok karena tidak mampumeneteskan hasil-hasil pembangunan
kepada kelompok masyarakattermiskin, pun semakin diakui bahwa pemerintah
ternyata tidakmampu mengentaskan kemiskinan dan konyolnya pembangunan
jugamerusak lingkungan hidup.
Kemiskinan
Pemberdayaan amat dekat dengan
konsep kemiskinan. Kemiskinan biasanya dikenali dari ketidakmampuan sebuah
keluarga memenuhi kebutuhan dasar dan berbagai kaitan yang mencitrakan
orangtersebut menjadi miskin.
Beberapa konsep kemiskinan adalah
(1) garis kemiskinan yangdikaitkan dengan kebutuhan konsumsi mininum sebuah
keluarga atausering disebut sebagai kemiskinan primer—indikasinya adalah 2 per3
pendapatan habis buat makan, (2) kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut menjadi fenomena negara-negara dunia ketiga yang ditandai
oleh keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan. Sedangkan kemiskinan relatif
adalah keluarga berada di atas garis kemiskinan tetapi rentan terjerembab ke
kubangan garis kemiskinan. (3) kemiskinan massalatau kantong kemiskinan adalah
kemiskinan yang melanda satunegara atau wilayah dan hal ini membuatnya menjadi
kompleks dalamproses mengatasinya.
Sedangkan Chamber (1983)
berpandangan kemiskinan umumnya ditandaioleh isolasi – berlokasi jauh dari
pusat-pusat perdagangan,diskusi dan informasi, kurangnya nasehat dari penyuluh
pertanian,kehutanan dan kesehatan serta pada banyak kasus juga ditandaidengan
ketiadaan sarana bepergian. Kelompok masyarakat miskin amat rentan karena
mereka tidak memiliki sistem penyanggakehidupan yang memadai. Kebutuhan kecil
dipenuhi dengan caramenggunakan uangnya yang sangat terbatas jumlahnya,
mengurangikonsumsi, barter, pinjam dari teman dan pedagang. Mereka
jugamengalami ketidakberdayaan yang ditandai dengan diabaikannya mereka oleh
hukum, ketiadaan bantuan hukum bagi mereka, kalahdalam kompetisi mencari kerja
dan mereka pun tidak memperolehpelayanan publik yang optimal.
Kemiskinan kemudian lebih
ditafsirkan sebagai suatu kondisi ketiadaan access pada pilihan-pilihan
dan hak-hak yang seharusnyamelekat di bidang sosial, politik, ekonomi,
kebudayaan dan lingkungan hidup.
Konsep yang amat dekat dengan
konsep kemiskinan adalah impoverishment (hal-hal menyebabkan seseorang
atau sesuatu menjadi lebih miskin). Proses impoverisment adalah sebuah
proses aktif menghilangkan akses dan hak-hak dasar yang secara sistematik
direproduksi dan diciptakan oleh sejumlah mekanismeglobal seperti kerusakan
lingkungan hidup, kehancuran sumberdayarakyat, inflasi, pengangguran dan
politik utang luar negeri. Proses inilah yang dikenal sebagai proses pelemahan(disempowerment)
ekonomi, ekologi, sosial, politik dan kebudayaan khususnya bagi
kelompok-kelompok masyarakat minoritas dan terpinggirkan.
Pemberdayaan
Kata “empower” atau “berdaya”
dalam kamus bahasa ditafsirkansebagai “berkontribusi waktu, tenaga, usaha
melalui kegiatan-kegiatan berkenaan dengan perlindungan hukum”, “memberikan
seseorang atau sesuatu kekuatan atau persetujuan melakukan sesuatu”,
“menyediakan seseorang dengan sumberdaya, otoritas danpeluang untuk melakukan
sesuatu” atau “membuat sesuatu menjadimungkin dan layak”. Pada kamus yang lain
pengertian menjadi“memberikan seseorang rasa percaya diri atau kebanggaan
diri”.
Definisi pemberdayaan sendiri
masih dalam perdebatan teoritik.Dalam kosa kata pembangunan, konsep
pemberdayaan adalah konsepyang paling sering diplesetkan (disalah-artikan)
karena menyangkut gangguan pada para pemegang kekuasaan saat ini (baiknasional
maupun internasional), para pihak yang tidak berdaya(powerlessness) serta
perubahan sosial.
Saat ini ada dua pemegang
kekuasaan pada sistem kehidupan kitasaat ini yakni (1) kelompok yang menguasai
kekayaaan alam ataukeuangan dan (2) kelompok yang menguasai ilmu pengetahuan.
Di negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia, kedua kekuasaan inidipegang
oleh segelintir orang. Pada pandangan semacam ini,pemberdayaan adalah upaya
membongkar monopoli kekuasaan politikdan ekonomi yang dipegang oleh segelintir
orang dan dialihkankepada rakyat kebanyakan. Dan, mendorong pemerintahan yang
lebihbertanggung jawab kepada rakyat serta menciptakan kondisi yangmemungkinkan
terjadi distribusi aset dan kekayaan yang lebih adil.
Kelompok
kedua menyatakan kapitalisme dan sosialisme telah gagal berkenaan dengan isu
pengentasan kemiskinan. Para pemimpinlembaga-lembaga internasional dan
pemerintahan nasional tidakmemiliki jawaban bagaimana mengentaskan kemiskinan.
Kelompok inimenyatakan harus ada perubahan kepemimpinan dengan
memanfaatkankepemimpinan masyarakat sipil untuk menemukan jalan ketiga
(bukankapitalisme ataupun sosialisme).Kedua kelompok pemikir di muka tetap
mendudukan pemberdayaansebagai sesuatu yang bersifat dari atas (top down).
Karena mereka tetap percaya yang memiliki sumberdaya adalah mereka.Untuk itu mendudukan
orang-orang baik di dalam lembaga-lembagayang berkuasa (seperti Bank Dunia,
Presiden, DPR, DPRD, Bupati)bisa mengubah keadaan. Kelompok ini sering disebut
kelompok ilmuwan liberal atau progresif. Pemberdayaan dalam kacamatakelompok
ini lebih cocok ditafsirkan sebagai bagaimana mengelola kekuasaan (power).
Kelompok
ketiga yang sering dikenal sebagai kelompok reformis.Kelompok ini percaya bahwa
kekuasaan tidak pernah diberikan tapiharus direbut. Ini adalah pelajaran dari
sejarah. Jadi,pemberdayaan adalah
tindakan-tindak aktif untuk merebut kembalikekuasaan atas politik, ekonomi,
sosial, budaya dan kekayaan alam. Karena itu konsep empowerment atau
pemberdayaan dianggapsebuah konsep yang kontradiksi karena pemberdayaan hanya
bisaterjadi bila rakyat melakukan sendiri agar bebas dari penindasan (self-empowerment).
Pemberdayaan
dalam kaitannya dengan pembangunan dan pengentasankemiskinan sering dikaitkan
dengan beberapa hal berikut:
. Tata
relasi kekuasaan yang demokratik, transparan dan diakuipublik (good
governance).
. Transformasi
ekonomi menjadi komunitas yang mandiri, berbasispada sumberdaya lokal, dan
penguatan sumberdaya manusia.
. Promosi
pengembangan komunitas melalui kekuatan sendiri danberporos pada proses
dibandingkan dengan penyelesaian suatuproyek.
. Sebuah
proses yang memungkinkan pengambilan keputusan kolektifdan dilanjutkan dengan
tindakan kolektif
. Partisipasi
penuh atau sebuah proses yanng melipatkan seluruhlapisan masyarakat (tanpa
terkecuali) dalam pengembanganagenda komunitas.
Senarai hal-hal di muka
memperkaya proses pemberdayaan menjadisuatu kebutuhan membangun kapasitas
komunitas untuk mampumerespon perubahan lingkungan dengan cara mendorong
perubahaninternal dan eksternal yang pas dan tidak lelah melakukan pembaruan
sosial (inovasi sosial).
Dalam pengertian yang lebih
generik, pemberdayaan komunitas berarti penguatan makna dan realitas dari
prinsip-prinsipinklusivitas (seperti bagaimana melibatkan para pihak yang
relevan dalam suatu proses), transparansi (keterbukaan),akuntabilitas (yang
memberikan legitimasi pada setiap prosespengambilan keputusan).
Konsep ini melampaui hiruk pikuk
masalah pembangunan dan demokrasi, hak-hak asasi manusia, dan partisipasi
tetapi bagaimana memberikan kesempatan pada anggota komunitas (termiskin, terpinggirkan)
untuk memahami realitas lingkungannya(sosial, politik, ekonomi, politik, dan
kebudayaan) dan merefleksikan faktor-faktor yang membentuk lingkungan mereka
dan menentukan langkah-langkah perubahan untuk memperbaiki situasimereka.
Pemberdayaan sebagai strategi
pengentasan kemiskinan harus menjadi proses multidimensi dan multisegi yang
memobilisasi sumberdaya dan kapasitas masyasrakat. Dalam hal ini,pemberdayaan
tidak lagi menjadi sesuatu yang teoritis melainkanmenjadi alat untuk
memutar-balikkan proses pemiskinan.
Menemu kenali elemen-elemen atau
kondisi yang dibutuhkan bagipemberdayaan menjadi kebutuhan utama dalam memahami
manifestasikonkrit pemberdayaan di tingkat basis. Elemen-elemen pemberdayaan
termasuk:
. Swadaya
dan otonomi lokal dalam proses pengambilan keputusan masyarakat di tingkat
desa, dan partisipasi demokrasi langsung dalam proses
kepemerintahanrepresentatif yang lebih luas. Ini akan memungkinkanmasyarakat
menggunakan kapasitasnya untuk memanfaatkan jasainformasi, berlatih memikirkan
masa depan, melakukan eksperimen dan inovasi, berkolaborasi dengan orang
lain,dan mengeksploitasi kondisi-kondisi serta sumberdayasumberdaya baru;
. Penyediaan
ruang bagi masyarakat untuk menegaskankebudayaan serta kesejahteraan
spiritualnya, dan pembelajaran sosial yang bertumpu pada pengalaman,
termasukpengungkapan dan penerapan kearifan lokal, di samping pengetahuan
teoritis dan ilmiah;
. Akses
terhadap tanah dan sumberdaya lainnya, pendidikanuntuk perubahan, dan fasilitas
perumahan serta kesehatan;
. Akses
terhadap pengetahuan dan ketrampilan (dari dalam maupun dari luar) untuk
mempertahankan kekayaan alam secara konstan dan kapasitas alam menerima
buangan;;
. Akses
terhadap latihan ketrampilan, tehnik-tehnik pemecahanmasalah, dan teknologi
serta informasi tepat guna yang ada,sehingga pengetahuan serta ketrampilan yang
dimiliki bisadimanfaatkan; dan
. Partisipasi
dalam proses-proses pengambilan keputusan olehsemua orang, terutama perempuan
dan kelompok-kelompok yangpinggiran.
Elemen-elemen pemberdayaan di
atas merupakan apa yang dibutuhkanuntuk memungkinkan terjadinya perubahan.
Pemikiran pembangunan alternatif
menekankan pada transformasipolitik, ekonomi, lingkungan hidup, kelembagaan
sosial sertanilai-nilai komunitas melalui pemberdayaan. Pembangunan
yangbertumpu pada komunitas hendaknya berakar pada prinsip-prinsipberikut:
Kedaulatan, kebebasan, dan
demokrasi melalui partisipasipolitik yang luas
Komunitas lokal mengontrol sendiri sumberdayanya dan memiliki akses
memadai pada informasi
Membangun suatu sistem nilai yang
konsisten sesuai denganperikehidupan komunitas dan hubungan mereka dengan alam
dansumberdayanya.
Membangun semangat gotong royong di antara anggota komunitas untuk membangun
masa depan bersama.
Pemberdayaan pada akhirnya memberikan
kepada komunitas yangpaling miskin dan terpinggirkan kapasitas yang
sesungguhnya agarmampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan baik
sebagai masyarakat maupun komunitas. Transisi ini membutuhkan kesadaran sosial,
partisipasi sosial yang lebih tinggi, pemanfaatanpemahaman baru atas proses
ekologi perubahan dan pembaruan diri.Tekanan terbesar dalam proses pembedayaan
dalam pembangunan berkelanjutan dan pengetasan kemiskinan adalah
pemberdayaansosio-ekonomi, pemberdayaan politik, pemberdayaan
pendidikan,pemberdayaan teknologi dan pemberdayan kebudayaan atau spiritual.
Pemberdayaan sosio-ekonomi ini
akan mendorong individu dan komunitas memperoleh tanggung jawab bersama
menentukan masa depannya dan menjadi manajer perubahan yang diinginkan.
Pemberdayaan politik dan
pendidikan melalui pendidikankemandirian atau pendidikan pembebasan akan
meningkatkankapasitas komunitas bergelut dengan isu-isu demokrasi dan keadilan
serta merasa memiliki kemampuan berbicara tentang apayang dipikirkan dan pandangannya
terhadap dunia serta menentukansendiri kehidupan yang dibayangkan.
Pemberdayaan teknologi melalui
pengakuan atas pengetahuan lokaldan ketrampilan melalui kerjasama internasional
adalah pentinguntuk memecahkan dilema pertumbuhan, kelestarian lingkungan
hidupdan kesejahteraan umat manusia. Hal ini akan melibatkan perkembangan dan
bertukar teknologi yang akan mampu meningkatkanproduktivitas tenaga kerja,
pendapatan, kesejateraann dan mengurangi dampak buruk kerusakan lingkungan
hidup.
Pemberdayaan kebudayaan dan
spiritual bertujuan memahami kebudayaan dan spiritualitas sebagai basis
eksistensi manusia dansebagai landasan keberlanjutan peradaban umat manusia.
Dalam perdebatan para pakar pembangunan, kebudayaan dan spiritualitasmenjadi
kunci dalam impelementasi pembangunan berkelanjutan.
Kesimpulannya pemberdayaan dalam
pelaksanaan pembangunanberkelanjutan adalah bagaimana masyarakat memiliki
kapasitasuntuk memanfaatkan akses dan pilihan-pilihan seperti ruangkebudayaan
dan spiritual, pengakuan dan validasi pada pengetahuanlokal, pendapatan,
kredit, informasi, training, dan partisipasipada proses pengambilan keputusan.
Penutup
Dalam usaha mengentaskan
kemiskinan di pedesaan, selama ini telahada tiga strategi yakni (1) strategi
pusat-pusat pertumbuhan yangmendorong investor membangun industri di
wilayah-wilayah tertentuagar generasi pencari kerja tertarik ke pusat
pertumbuhan ini,
(2) strategi pemukiman kembali,
dan (3) pembangunan desa terpadu.Ketiga pendekatan ini telah gagal melakukan
pemberdayaan rakyatmiskin dan mengentaskan kemiskinan. Karena, mereka tidak
memiliki suatu proses untuk belajar dari kaum termiskin tentang kebutuhan,
aspirasi dan pengetahuan mereka. Ketiga pendekatan dimuka pun gagal memberikan
peluang kepada kaum miskin masalahdasar mereka. Pemberdayaan bukan mengulang
kesalahan 3 strategidi muka!
Box 1. Pendidikan Kritis sebagai
Alat Pemberdayaan
Pendidikan kritis menjadi salah
satu metodologi pemberdayaan yangpaling populer. Karena, pendidikan kritis
menggunakan metode berfikir dialektika. Proses pendidikan kritis selalu dimulai
dari pengalaman nyata rakyat dalam penggorganisasian dan bekerja(praktek),
kemudian dilanjutkan dengan proses menstrukturkan pengalaman mereka (teori) dan
selanjutnya mendorong mereka menemukantindakan strategis baru bertumpu pada
pemahaman baru dan lebih dalamdari apa yang telah mereka lakukan sebelumnya
(praktek).
Proses ini sebuah proses satu
arah yang sederhana. Pendidik atau Guru
tidak memainkan peran sebagai orang yang memiliki pengetahuandan memberikan
pengetahuan itu kepada para muridnya. Peran pendidikdalam sebuah proses
pendidikan kritis bukan memberikan jawaban tetapimenciptakan
pertanyaan-pertanyaan.
Proses pendidikan kritis adalah
(1) suatu proses kolektif—melibatkankomunitas pada proses saling mengajar dan
belajar dari pengalaman,
(2) sesuatu yang kritis dan
mencerdaskan—mencari sejarah dan akarmasalah, (3) bersifat sistematik—mengajak
komunitas berfikir darikongkrit ke abstrak dan selanjut mengembalikan ke bentuk
kongkrit(praktek-teori-praktek), (4) bersifat partisipatoris—melibatkan semua
orang dalam proses penelitian, pendidikan dan organisasi, dan (5)sesuatu
kreatif – menggunakan kesenian dan kebudayaan (drama, gambar,musik, cerita,
foto) sebagai alat bantu pendidikan, merangsang rakyatberimajinasi dan
memanfaatkan tenaga rakyat sesungguhnya.
Pendidikan kritis bisa dilakukan
kapan saja dan dimana saja. Hanyasaja
perlu diperhatikan konteks sejarah komunitas, sistem ekonomipolitik, dan juga
edeologi yang dominan di wilayah belajar tersebut.